Oleh Deden Mauli Darajat*
REPUBLIKA.CO.ID. ANKARA -- Untuk pertama kalinya
setelah seratus tahun, pemerintah Republik Turki akan mengajarkan Alquran dan
huruf Arab di sekolah-sekolah negeri dan swasta. Hal itu terungkap dalam
Simposium Internasional kelima bertema persatuan Islam yang berlangsung di
Ankara, Turki, dan dilanjutkan workshop pada Senin (28/5/2012). Ali Kurt, ketua
Yayasan Wakaf Hayrat, Turki, sebagai pelaksana simposium, menjelaskan,
kementerian pendidikan nasional Turki telah meminta pihaknya untuk menyiapkan
konsep dan tenaga guru untuk siswa dengan AlQuran dan tulisan Arab Utsmani di
sekolah-sekolah dan madrasah di seluruh pelosok Turki. "Ini tugas berat yang kami tunggu-tunggu
selama ini," katanya.
Seratus tahun lalu, ketika
Mustafa Kemal Ataturk mendirikan Republika Turki setelah mengambil kekuasaan
dari Kesultanan Turki Usmani, segala hal yang berbau Arab dan bersuasana Islam
dihapuskan. Dia memperkenalkan pemerintahan sekuler dengan membuat undang-undang
dan peraturan-peraturan yang sempat merugikan perkembangan Islam, diantaranya
undang-undang yang menghapus pengajaran Al-Quran di sekolah-sekolah dan
mengganti tulisan-tulisan Arab dengan tulisan latin. Ketua Umum DPP Persatuan
Umat Islam (PUI), Nurhasan Zaidi, menyatakan, niat baik Pemerintah Turki itu
perlu didukung peraturan yang menghapus undang-undang lama tentang pelarangan
pengajaran Al-Quran dan tulisan Arab. "Kami
akan sampaikan usul ini ketika besok bertemu Parlemen Turki," kata
Nurhasan Zaidi yang juga anggota DPR RI. Delegasi Indonesia yang berjumlah 25
utusan organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam memang berencana berencana
bertemu dengan parlemen Turki pada Selasa (29/05/2012).
Menurut Nurhasan, pelarangan
pengajaran Alquran dan bahasa Arab di sekolah-sekolah Turki selama seratus
tahun telah membuat masyarakat Turki banyak yang tidak bisa membaca
Al-Quran. Selain itu, warga Turki juga jarang yang bisa menulis huruf
Arab, apalagi mengucapkannya. Padahal, Turki pernah menjadi pusat peradaban
Islam selama lima abad Kesultanan Turki Usmani. Warga Muslim Turki menyambut
baik rencana pemerintahnya tersebut. “Tetapi untuk bertahan dan langgeng,
kebijakan strategis tersebut harus didukung undang-undang,” demikian tegas
Nurhasan Zaidi. Ia yakin, tak lama lagi warga Turki mampu mengembalikan
kejayaan Islam sebagaimana dulu pernah dicapainya di masa keemasan Kesultanan
Usmani.
Ahmad Rifai, wakil ketua Majelis
Syuro PUI, menyatakan di depan forum workshop peserta Simposium Internasional
Said Nursi, di Indonesia pengajaran huruf Arab sempat terbatas diajarkan di
madrasah-madrasah. Bahkan pemerintah mengganti kebiasaan penulisan bahasa Arab
yang dulu menjadi tradisi di madrasah dan pesantren dengan huruf latin.
Akibatnya, tutur Rifai, kemampuan warga Indonesia untuk menulis huruf Arab dan
bacaan Al-Quran sudah hilang dan lenyap. “Ini tragedi,” tegasnya.
Ahmad Rifai berharap, keinginan
Pemerintah Turki untuk kembali mengajarkan tulisan Arab secara resmi dapat
diikuti oleh Pemerintah Indonesia. “Kemampuan menulis dan mambaca huruf Arab
merupakan dasar utama untuk memahami ajaran-ajaran Islam dari sumber aslinya,”
ungkap Rifai. Ormas-ormas Islam dan kalangan politisi, tutur Rifai, harus
mendorong Pemerintah Indonesia membuat kebijakan yang memungkinkan penulisan
huruf Arab menjadi keharusan di ranah publik terutama di sekolah-sekolah dan
madrasah-madrasah.
*Penulis: Mahasiswa Pascasarjana Universitas
Ankara, Turki
Sumber:
- http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/12/05/29/m4r7dt-alhamdulillah-turki-kembali-ajarkan-alquran-di-sekolah; diunduh di Bandung, pada jam 7.25, Selasa, 29 Mei 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar